Pertama Kali Liburan ke Rumah Asep Dekat Pantai Binuangeun Banten

First Time- Goes To Asep House In Binuangeun Banten

Muhammad Iqbal Basri - Pantai Binuangeun merupakan salah satu pantai di pesisir pantai selatan, Kabupaten Lebak, Banten. Pantai ini merupakan primadona wisata masyarakat setempat maupun wisatawan dari berbagai daerah. Bagi para pemancing, ada spot atau area tertentu yang hebat untuk memancing.

Pemandangan di Pantai Binuangeun sangat indah. Bukan soal pemandangan saja, pesisir selatan ini surga bagi Anda pecinta ikan. Di Pantai Binuangeun terdapat pelelangan ikan tersebar di Lebak Selatan. Aktivitas nelayan setempat menjadikan tempat ini spesial bagi para wisatawan.


Pada hari Minggu pagi jam 9 WIB tanggal 28 Juni 2015 lalu, saya memberanikan diri untuk main ke rumah Asep yang berada di wilayah Binuangeun, Wanasalam,Lebak-Banten.

Berawal saya mengenal dia belum begitu terlalu lama, karena keakraban dan keramahan dia yang membuatku semakin dekat dengannya dan kemudian dia menawarkan untuk main ke rumahnya dengan mendeskripsikan suasana dan destinasi di sana.

Karena penasaran sehingga ke esokkan harinya aku langsung berangkat dan menepati janjinya untuk datang kesana.

Padahal awalnya tidak ada niatan sama sekali di jauh hari pun juga tidak, hanya dengan bermodal sepengetahuan dan bertanya dulu sebelumnya dari salah satu teman saya juga dia dari Pandeglang dan Serang.

Perjalanan menuju ke Binuangeun


Mungkin sekiranya mereka bisa membantu kendaraan umum atau trayek apa yang bisa dilaju untuk kesananya ? saat saya menaiki bus dari Terminal Kali Deres kata mas supirnya turun di Saketi dan ditambah lagi saya hanya membawa uang pas-pasan untuk ongkos jalan.

Dalam perjalanan begitu banyak godaan saat itu sedang memasuki bulan puasa dan ditambah kondisi di sana yang sangat panas yang membuatku hampir batal puasa karena saking hausnya.
  
Setelah tiba di terminal Pakupatan,dari Terminal Serang Timur kemudian lanjut menuju Palima (Perlimaan) dari Palima kemudian masuk ke arah Baros dan Pandeglang.

Walaupun aku masih merasakan keraguan dengan mas supirnya yang di bilang tadi. Aku coba tanya lagi ke orang lain yang duduk di samping katanya benar turun di Saketi kemudian naik lagi Damri atau ELP (angkutan ukuran 3/4 lebih kecil dari Bus Kopaja atau Metro Mini di Jakarta) di sana *menambahkan*, " Pak kira-kira untuk perjalanan ke Saketi berapa lama lagi tiba di sana " *aku bertanya saat di Baros,Pandeglang Raya.* " Masih lama dek kurang lebih 1 jam lagi " *bapak itu menjawab.*

First Time Goes to Asep House in Binuangeun Banten
Elp
First Time Goes to Asep House in Binuangeun
Damri
Setibanya di Saketi, aku turun dari bus "celangak-celinguk karena bingung melihat suasana di sana dan menunggu apa ada Damri atau ELF/ELP yang di katakan Bapak tadi di bus, untuk selanjutnya yang bakal meneruskan perjalanan menuju Binuangeun".

Kemudian ada seorang tukang ojek separuh baya menawariku untuk naik ojek saja, kata dia di sini hanya ada ELF yang biasa lewat sekitaran situ cuman berhubung jarang lewat dan sekiranya antara jam 3 atau 4 sore-an karena tak bakal mungkin menunggu terlalu lama.

Di saat itu waktu masih sekitar jam 13:30 WIB lewat, olehkarena itu. Tak ada waktu lagi Saya coba tanyakan lagi ke tukang ojek tadi berapa ongkos untuk ke sana ?_" kemudian tukang ojeknya langsung menyebutkan jumlah yang dia minta sekitar 25 ribu katanya."

Tetapi yang saya curigakan ko murah banget yaa ke sana cuman 25 ribu, ya sudahlah tak perlu berpikir panjang langsung saja saya terima tawarannya berangkatlah dengan naik ojek.

Dalam perjalanan saya sangat senang dan norak sedikit hehehe, melihat suasana di sana ditambah pengalaman yang saya dapatkan bisa sampai memasuki wilayah ini dari satu ke desa lainnya.

Suasananya masih terbilang pedesaan dan  sayangnya kondisi udaranya tidak terlalu sejuk seperti suasana di Puncak Bogor, tapi masih banyak pepohonan yang rindang.

Di tengah perjalanan banyak kondisi jalan yang rusak parah dan tak rata, yang membuat kami sulit berjalan karena naik motor sehingga untuk mengurangi kecepatannya agar bisa terus berjalan dengan stabil.

Banyak mobil-mobil besar pengangkut kelapa sawit dan aku di situ hampir was was dan takut, soalnya mobil tersebut berjalan dengan posisi miring dengan membawa beban berat yang dibawa dan di tambah lagi kondisi jalan yang rusak parah dan kontur tanah yang miring.

Ngerinya saya takut mobil tersebut terbalik yang akan meniban saya waduh bahaya nih! tak lucu dong kalau saya mati di situ !

Aku mulai gelisah ko lama juga ya..ternyata perjalanan juga tak kunjung sampai, akhirnya aku coba cek sendiri di hp untuk buka google map search wilayah Binuangeun dengan wilayahku saat ini di Saketi, kurang lebih sekitar 80 KM lagi yang harus di tempuh.

Bayangkan, kurang lebih 80 KM dalam perjalanan yang ditempuh dengan kendaraan roda dua, walaupun diboncengi juga akan semakin terasa capek dan ditambah lagi bokong terasa panas karena terlalu lama duduk *lol.

Nah... _setelah memasuki kawasan Cikeusik_ "kemudian ojeknya berhenti tepat di depan sebuah kantor balai desa ", Abang ojeknya bilang: dek saya gak sanggup motor saya udah gak bisa melanjutkan jalan lagi untuk ke sana" pada saat itu dia bicara dengan bercampur bahasa sunda jadi intinya seperti yang saya ulas tadi.

LAH!! Otomatis saya kecewa dong... "ga bisa gitu dong Pak masa saya diturunkan di sini sedangkan perjalanan masih cukup panjang" dengan nada keras dan sampai bentak-bentak pula ke abang ojeknya.

Kemudian abang ojek tersebut ninggalin saya sebentar, setelah itu dia menyuruh ke temannya dan dia juga tukang ojek untuk antar saya ke Binuangeun cuman dia minta uang ongkos tambah lagi untuk ke sana saya pun protes dong...

"waduh ko nambah lagi Pak kan saya sudah tambah uangnya tadi" *di tambah uang pas-pasan lagi apakah bakal cukup untuk meneruskan jalan selanjutnya* Saya coba telepon dan BBM juga ke teman saya karena masalah halangan ini, dia bilang: "aku bakal dikasih uang tambahan untuk bayar ojeknya nanti setelah tiba di sana atas izin dari ibunya juga si Asep tidak diizinkan jemput aku di Saketi karena terlalu jauh ditambah dia kurang begitu tau jalan ke Saketinya." dan saat itu waktu memasuki sekitar jam 5 sore.

Akhirnya tiba juga di tujuan


Ditambah lagi, aku juga takut kenapa-napa soalnya di awal tadi sudah curiga dan pada akhirnya setelah aku telepon temenku tadi dan akhirnya mas ojeknya yang kedua tadi melanjutkan kembali untuk perjalanan selanjutnya, setelah beberapa jam kemudian kurang lebih sekitar jam 17:30 WIB aku tiba di sana. Alhamdulillah... akhirnya bisa sampai ditujuan kemudian si Asep menjemput aku di antara BRI Cikeusik dan Jembatan Muara Binuageun.

Antara senang dan tak percaya sih aku bisa sampai di tujuan dengan selamat walau sempat adu mulut untungnya tidak sampai terjadi keributan saat di Cikeusik tadi, yang membuatku mungkin akan berkurangnya pahala karena ditambah saya sedang berpuasa *lol.

Setelah itu, akhirnya kami berdua menikmati untuk bersantai sejenak pemandangan di Pantai Karang Seke sambil menunggu waktu tiba azan magrib tak lama setelah itu kemudian kami berpindah tempat lain dengan keliling naik motor.

Suasana sore banyak orang-orang yang istilahnya pada "ngabuburit" untuk menunggu buka puasa dengan jalan-jalan sore, setiba di rumah Asep beserta keluarganya yang telah menunggu.

Di tambah ibunya yang sudah mengkhawatirkan aku dan langsung saja aku di jamu tamu dan berbuka puasa bersama.

Wah..."menu-menunya ikan semuanya". Di sini pusatnya TPI (Tempat Pelelangan Ikan), kamu bisa beli ikan kalau mau kamu besok ke sana aja" ujar Ibunya Asep. Sehabis buka puasa Asep berniat mengajak ku keliling lagi ke Pantai Karang Seke, tiba di sana banyak kelap-kelip perahu yang sedang nelayan dan ada banyak semacam keramba besar menyala karena dipasangi lampu yang aku sebut gitu_tak tau deh apa namanya...___katanya itu untuk menangkap ikan-ikan kecil atau semacam ikan teri dan udang rebon__
TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lebak Banten

Lanjut pindah lagi ke Pantai Sawah Kabayan di pesisirnya ada sebuah mobil truk tua yang sudah rusak dan di penuhi rumput dan semak-semak walaupun sangat gelap hanya lampu menyala dari kejauhan keramba-keramba tersebut di tengah laut yang membuat keindahan di malam hari.

Lalu, kami lanjut lagi ke Supermarket pinggir jalan untuk beli ice cream dan sebotol air mineral dan kami minum ice cream berdua selayaknya pacaran berdua, saat setelah beli ice cream tadi aku penasaran melihat itu bangunan apa?


Ternyata itu bangunan besar kosong itu adalah Gedung BNPB Binuangeun berfungsi untuk tempat perlindungan warga jika terjadinya Tsunami rupanya bangunan ini kosong. Dulunya masih belum jadi rekontruksinya sekarang sudah bagus dan dicat.

Balik dari menara tadi kami kembali ke Pantai Karang Seke di pesisir pantai aku cari ikan-ikan dan hewan laut kecil lainnya, lalu. Aku menemukan: beberapa ekor ikan buntal ada yang besar dan ada yang kecilnya juga,keong,kepiting, dan ikan kecil semacam kaya ikan teri.

Karena wadah yang kami bawa tak muat akhirnya kami gunakan kantong kresek dengan kondisi darurat kantong tersebut bolong aku dan Asep lari hingga hampir airnya habis setibanya di rumah untungnya kami bawa air laut cadangan.

Saat di rumah, waktu sudah memasuki jam 23:00 WIB lewat, akhirnya kami melanjutkan untuk tidur karena besok pagi jam 03:00 WIB harus sahur karena takut bangun kesiangan.

Jam 3:30 WIB kami berdua sahur bersama ibunya Asep juga dan sambil makan aku juga minta izin untuk nanti aku mau pulang besok karena sudah janji sama mamah tidak terlalu lama-lama menginapnya.

Akan tetapi, mamahnya Asep malah tak mengizinkan aku untuk balik sehingga dia menyuruhku untuk menginap lagi sehari atau 2 hari "ko cepat banget Bal nginepnya, 2 hari aja nginepnya"__cuman sayangnya atas janji aku ke mamah sebelumnya__ Besok paginya sekitar jam 10:00 WIB aku pamit pulang dengan keluarga Asep terutama ibunya yang sudah banyak aku repotin hehe. Setelah lebaran 2 atau 3 hari juga aku sudah janji ke mamahnya Asep untuk main kembali.

Time to Go Home


Pada hari Senin, 29 Juni 2015 Aku pulang dan diantar oleh Asep naik motor karena jam 10:00 untuk jadwal bus Damri lewat Pasar Malingping jadi bisa sekaligus ke sana. Kurang lebih 30 menit dari rumah Asep ke Malingping.

Tiba di Pasar Malingping kami berdua menunggu bus Damri lewat sambil mengobrol sejenak bersama temannya Asep tak lama kemudian Damri sudah datang dan berhenti di Alun-alun kota Malingping.

Akan tetapi, yang saya perhatikan ternyata jalurnya beda dari yang sebelumnya saya berangkat. Waktu itu saya melewati trayek Malingping-Gunung Kencana  setibanya di Terminal Serang sekitar jam 14:00 WIB lewat dan sampai di Jakarta Terminal Kali Deres kurang lebih jam 18:00 WIB sekaligus buka puasa di terminal.

Begitu banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan, walaupun hanya sehari semalaman. Namun sangat disayangkan, koleksi foto-foto saya tak begitu terlalu banyak sehingga tak banyak saya abadikan foto-foto di blogger pribadi saya.

Saya harap sih..Semoga bisa membantu juga untuk kalian, dan terutama untuk pembaca yang sedang ingin berlibur ke Pantai Banten Selatan. Tentunya juga banyak artikel-artikel menarik supaya kalian bisa akses menuju ke sana.

Kalian bisa mengunjungi pantai-pantai lain yang tak kalah indahnya seperti: Karang Taraje, PasPut (Pasir Putih), Bagedur, Bayah dan tentunya masih banyak lagi tersebar pantai lainnya yang membuat destinasi kalian semakin berkesan dan menyenangkan. Terima kasih dan semoga bermanfaat untuk semuanya.

2 Responses to "Pertama Kali Liburan ke Rumah Asep Dekat Pantai Binuangeun Banten"

  1. sepertinya itu destinasi yang menarik ya gan, ane pengen juga kesana kalau ada kesempatan

    ReplyDelete
  2. pengalaman ya mas apa kenangan indah First time- Goes to Asep House in Binuangeun Banten ada bahasa inggrisnya sedikit mas terima kasih mas atas berbaginya saling curhat

    ReplyDelete