When I was an Orphaned Without a Father


Muhammad Iqbal Basri - Seiring sejalan bertambahnya usiaku sekarang ini, kalau diingat kembali flashback masa kecil dulu terkadang terasa sangat menyedihkan. Sebenarnya aku adalah seorang anak yatim yang telah ditinggalkan oleh alm (almarhum) ayah sejak usiaku 6 tahun pada tanggal 7 Februari 2001 lalu.

Kisah pilu menjadi seorang anak yatim


Tumbuh menjadi seorang anak yatim tentunya tidak sebahagia pada anak-anak umumnya, yang di mana tidak memiliki kasih sayang seorang ayah tentunya.


Di kala itu. Ibuku lah yang berjuang demi membesarkan kami (aku dan alm kakak), menafkahi dan mendidikku sejak setelah meninggalnya ayah. Untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup kami, ibu memulai dengan membuka usaha kecil-kecilan seperti berdagang nasi uduk dan lauk pauk lainnya yang dijajakan di depan rumah.

Alhamdulillah, tentunya dengan usaha yang ibu lakukan dapat membuahkan hasil walaupun tak seberapa. Yang penting tetap bersyukur guna dapat mencukupi kehidupan kami dan di saat itu aku masih duduk di bangku Tahdiri atau TK (taman kanak-kanak) dan alm kakakku saat itu masih kelas 4 SD.


Ditambah dengan penghasilan dagangan tersebut, terkadang ibuku memanage sisa uang untuk modal dan tentunya untuk ongkos atau uang jajan untuk anak-anaknya. Pernah saat itu modal hasil dagangan ibu kurang sehingga mau tidak mau ibu harus menambah untuk bisa berdagang lagi dan terkadang pernah walaupun tak seberapa dari hasil tabunganku alhamdulillah dapat membantu ibu berdagang kembali.

Harus tetap bersyukur di tengah kesulitan hidup


Kami tentunya tetap bersyukur alhamdulillah rezeki selalu melimpah untuk kami, masih banyak orang yang peduli dan berbaik hati dengan kami. Memberikan kami berupa shodaqoh seperti sembako,dan uang.

Pemberian shodaqoh tersebut baik dari perorangan, donatur dan maupun dari instansi lainnya. Ketika saat itu saya pernah seringkali menghadiri suatu acara undangan yang biasanya di adakan dihadiri oleh anak yatim salah satunya yang disana banyak mengisi setiap acara dan tentunya setelah itu pemberian sebuah simbolis dan suatu bingkisan hadiah untuk anak yatim dan berupa uang.

Alhamdulillah itulah memang keberkahan untuk anak yatim, pasti akan selalu ada rezeki yang tersedia. Perlindungan dan pertolongan dari Sang Maha Pencipta, puji syukur alhamdulillah atas keberkahan dan rezeki yang melimpah dalam kehidupan yang kami dapatkan.


Ketika saat itu, waktu yang paling ditunggu adalah setiap tanggal 10 Muharom (lebaran anak yatim dalam kalender Islam) dan memasuki bulan Ramadhan tentunya sangat banyak undangan dari berbagai instansi baik dari masjid, musholla hingga dari tempat lain yang sedang mengadakan suatu acara yang dihadiri oleh anak yatim nya.

Karena momen tersebutlah waktu yang paling aku tunggu. Akan tetapi, dibalik itu semua selama kurang lebih 16 tahun aku menjadi seorang anak yatim tentunya aku masih sangat haus kasih sayang ayah bagaimana pun rasanya seperti apa diberikan kasih sayang dan didikan dari seorang ayah.

Seiring bertambahnya waktu, begitu banyak cobaan hidup yang telah kami lewati hingga saat ini. Aku dan alamarhum kakak tumbuh besar dan hingga kakakku lulus SMA dia langsung terjun dunia kerja hingga bisa membantu keringanan beban ibu.

Dengan gaji kaka yang didapat alhamdulillah dan yang pasti dalam perasaan kakak sangat bangga bisa membantu ibu dan bisa membuktikan bahwa dia bisa membantu keringanan ibu. Mulai dari kelas 3 MTS/SMP hingga sampai MA/SMA alhamdulillah kakakkulah yang membantuku saat itu dalam meringankan beban biaya sekolahku dulu.

Namun sangat disayangkan, pada tanggal 6 Februari 2014 lalu almarhum kakaku menutup usia di usia 22 tahun kembali ke pangkuan sang kholik dengan penyakit tumor paru-paru yang dideritanya.


Kembali ke pembahasan sebelumnya. Walaupun aku pernah merasakan kasih sayang oleh ayah, tapi sejak itu aku masih sangatlah kecil belum begitu paham seberapa indahnya kasih sayang seorang ayah itu. Yang aku ingat karakter ayah yang membuatku terus teringat kembali dengannya.

Oleh karena itu, aku akan selalu menyayangi ayah walaupun hanya sebentar. Aku hadiahkan untukmu ayah yaitu berupa sebuah doa karena hanyalah doa yang sangat dibutuhkan olehnya.

Sayangi kedua orang tua jika masih ada


Untuk kalian, jika masih memiliki anggota keluarga dan orangtua masih lengkap di dunia ini. Tolong jangan pernah membuat mereka sakit hati bahkan sia-sia kan mereka. Mau bagaimana pun merekalah orang tua kita yang telah menghadirkan kita di dunia ini karena tanpa merekalah kita tidak akan hadir di dunia fana ini.

Love you mom, love you dad. Love you full. I hope that God will always give us the blessing of life, the test of life for us is the ordeal of destiny that must be ready to be accepted and executed.

Terima kasih dan semoga kedua orang tua kalian selalu diberikan kesehatan dan panjang umur. Amin..

1 Response to "When I was an Orphaned Without a Father"

  1. so sad, :( , but always positif thinking.
    semua orang juga akan merasakan yang anda rasakan

    ReplyDelete